Sebuah percakapan tengah malam dengan seorang teman.
Pahlawan bulu ketek.
Entah datang dari mana sebutan itu. Percakapan lewat sms cukup memberikan imajinasi berlari, berjalan, berjoget kesana kemari. Terkekeh sendiri. Membayangkan si bulu ketek bermain, berkreasi, menari dengan asik. Lalu, tak hanya ada dengan sendirian, melainkan segerombolan. Dari ayahnya hingga eyang-eyangnya. Bergerombol jadi satu. Kuat. Lekat. Rasanya klan bulu ketek ini memiliki ikatan persaudaraan yang tinggi. Kekompakan dan kesolidan pun begitu indahnya tampak dengan jelas. Bagaimana tidak, ketika dibasmi habis-habisan, berharap tidak akan muncul lagi. Beberapa hari kemudian, klan bulu ketek menampakkan embrionya. Kecil – kecil namun pasti. Sang empunya pun tidak mau kalah dengan klan keras kepala ini. Usaha apapun dicoba. Hingga harus menahan rasa sakit pun dilalui sang empunya. Memerah. Lama, klan bulu ketek tidak terlihat. Sang empunya merasa bangga. Akhirnya aku memenangkan peperangan ini. Terlena, terkecoh, lalu lalai.
Matahari akhirnya bertengger ramah. Santai dengan kacamata hitam dan segelas air dingin. Sejuk. “santai dulu.” Katanya. Sang empunya bangun dengan keberatan di pantat. Perlu tenaga 1000kj untuk menendang pantatnya agar terkesiap. Memandang cermin, hendak mandi. Seperti biasa aktivitas dipagi hari sebelum mandi, mengecek ketiak dengan teliti. Diam, dan hening. “hmm, sepertinya aku sudah melupakan aktivitas ini beberapa hari yang lalu,”. Celetuk sang empunya dengan santai. Sembari menggerakkan badan, mulet-mulet. Tangan diangkat, dan sang empunya melihat sesuatu yang dia perangi selama ini seakan melambai dengan senyum penuh kemenangan, “aarrrgghhhhhhhhhhh….. tidak. Kenapa kalian muncul lagi dalam kelalaian ku…….?????” Dan akhirnya, sang empunya menyerah dalam amarah.
Bulu ketek mu menghancurkan imajinasi ku. Teganya kau umbar dengan gamang, pada ku. Seperti balita yang tengah mencoret coret dinding rumahnya.
Geli membayangkan bulu ketek mu menjulur rapi, lurus. Seperti direbonding. Mengalahkan rambut mu. Tapi adakalanya bulu ketek itu akan dirindukan. Tidak bagus juga, ketiak gundul tanpa pernak-pernik. Seperti gadis tanpa make-up.
Sekian pikiran kurang kerjaan saya.
Dari percakapan dengan seorang teman lewat sms. Dan dia dengan bangga mengatakan dirinya pahlawan bulu ketek. Buat nurul andini, terimakasih atas idenya.
Sidoarjo, 16 februari 2011, 0:42 (kamar rumah yang sumuk).