Kamis, 11 September 2008

........(saya menghilangkan judulnya).........

Jika mata ku memang melihatnya.
Jika telinga ku benar-benar tak bisa ku buat tuli.
Dan jika bibir ku diam dalam bicaranya.

Seperti dibuat tak bernyawa aku.
Sesaat hanya tanya, ‘dimana aku?’

Sesuatu panorama yang tak biasa.
Menyapa ku dengan menjerat leher ku.



-Postingan Lama-

Jumat, 05 September 2008

- penyair? -

Disudut ruangan, aku duduk tersingkirkan dari keramaian. Para manusia berurusan dengan urusannya masing-masing. Merasa asing diantara hubungan persahabatan yang telah lama terjalin. Tak pernah ku mengerti , apa yang ada di pikiran seorang penyair. Seorang penyair yang rata-rata menuliskan sebuah kehidupan yang jauh dari kenyatan. Seorang penyair mimpi. Penyair yang selalu menuliskan kata-kata indah yang dilanjutkan dengan memberi sentuhan-sentuhan lembut pada setiap kalimatnya.

Ketika malam itu tiba, hampir setiap orang tak berani keluar rumah. Sekalipun untuk melihat apa yang terjadi. Angin malam yang berhembus kencang, seakan-akan mengamuk tiada habisnya, membuat diriku terbangun dari peristirahatanku. Mantel tebal yang hangat melindungi tubuhku dari hawa jahat itu.

Berdiri menghadap adegan itu. Jiwa ku yang masih terkantuk-kantuk, tercengang melihat keindahan di tengah amukan dewa angin. Hampir lemas tubuhku, pikiranku menerawang hampir tak percaya. Sungguh hebat, tekstur dan bentuknya membuatku ingin merekam semuanya. Ternyata tak semua bencana di dunia ini adalah hal yang mengerikan. Badai yang dashyat pun masih memiliki keindahan yang tak terukirkan. Keindahan yang tak tampak begitu saja. Hal sekecil apapun memiliki keindahan. Sekalipun itu daur kehidupan makhluk hidup atau mutan.

Kamis, 04 September 2008

- Keluarga? -

Aku sayang ayah!
Karena ayah, aku bisa sekolah.
Ayah, selalu giat bekerja mencari uang.
Tentu saja untuk keluarga.

Tapi kata ibu, “ayah mu itu brengsek.”
Karena hasil kerja keras ayah, tidak di berikan ke ibu.
Memang sih, seharusnya seperti itu.
Kan ibu yang mengatur.
Dan ibu sering bilang, kalo ayah selingkuh.
Kalo ayah lebih sayang sama saudara-saudaranya.
Kalo ayah, mau menikah lagi.
Kalo ayah...
Kalo ayah...

Dan aku pernah melihat ibu menangis karena Ayah.

Ah, aku benci Ayah!

Sekarang, aku sangat sayang ibu!
Ibu ku yang cantik, ibu ku yang energik.
Jangan salah, ibu ku juga bekerja.
Ibu berwiraswasta, salon kecantikan.
Dan setiap pulang sekolah, aku selalu mampir ke salon ibu.
Tidak hanya di beri coklat.
Aku selalu saja mendapatkan uang saku lebih.
Ibu ku sungguh baik bukan.

Tapi kata kakak,
“ibu sama saja seperti ayah.Tidak ada bedanya!”
Sama-sama sibuk.
Walaupun memang selalu memberi uang saku.
Dan kakak sering bilang, kalo ibu suka berbohong.
Ibu juga licik!
Sudah bekerja, masih saja minta uang dari ayah.
Dibuat senang-senang.
Belanja ini, belanja itu.

Dan ketika aku pulang sekolah, aku menemukan rumah ku lenggang.
Tanpa barang-barang ibu lagi.

Ah, aku benci Ibu!

Sejak saat itu,
Aku sangat sayang pada kakak ku.
Hanya kakak ku seorang.
Aku hanya percaya pada kakak.
Hanya mau bergurau dengan kakak.
Walaupun Ayah masih tinggal dengan kami.
Walaupun Ayah masih membiayai kami.
Tapi yang aku sayang hanya kakak.

Kakak ku hebat.
Kakak ku sayang.
Seorang mahasiswa perguruan tinggi ternama.
Aku sering membanggakan ke teman-teman ku.
Dan aku tak jarang berkata pada diri ku,
”suatu saat nanti aku pasti bisa mengalahkan mu kak.”

Tapi, saat itu tertangkap sudah.
Kakak yang ku banggakan, kakak yang ku sayang.
Meminta uang pada ayah.
Dengan memaksa.
Katanya, ”buat beli buku.”
Ayah hanya diam memberi.
700 ribu ditangan.
Ada senyum lebar di wajah kakak.
Seperti bukan kakak.
Aku ngeri melihat itu.
Ternyata kakak sama saja dengan Ayah maupun Ibu.
Sama sekali tidak ada bedanya.

Ah, aku sangat benci kakak!

Kali ini aku hanya sendiri.
Ayah kerja.
Ibu pergi.
Kakak juga tidak disini.

Aku sepi.
Perhatian ayah, tidak ada lagi.
Cerewet ibu, tak akan pernah kembali.
dan sosok kakak yang tersenyum lebar.

Aku rindu.
Ayah yang bersabar.
Ibu yang licik.
dan kakak yang aku sayangi.

Aku rindu,
Akankah kalian kembali?

Surabaya, 05 september 2008,
01:11 am