Sabtu, 13 Desember 2008

Di bodohi dan membodohi tradisi baru dari TRADISI JUARA FTSP

” kalo bisa antara birokrasi dengan BELM dan warga (mahasiswa FTSP) bisa jalan bareng yang sebenarnya. Bukan saling membodohi.”


FTSP, Jurusan Teknik Sipil - Salah satu fakultas terbaik yang bisa di banggakan dari sekian fakultas terbaik lainnya yang dimiliki oleh ITS. Bukan hanya karena mahasiwa dan mahasiswinya yang baik dalam hal prestasi akademik, namun baik dalam hal keorganisasian juga. FTSP yang memiliki 7 jurusan di dalamnya, terdiri dari Jurusan Teknik Sipil, Arsitektur, Planologi, Geodesi, Teknik Lingkungan, Desain Produk (despro), dan D3 Teknik Sipil (D3teksi) menambah warna ITS. Membuat ITS semakin ramai dengan prestasi – prestasi yang di sandang. Meskipun FTSP tidak ’serajin’ Fakultas lainnya.

Tradisi juara, dua kata yang tersematkan di dada FTSP. Hingga kini kata tersebut masih tersematkan dan menjadi pecut bagi teman-teman FTSP untuk mengukir prestasi bagi ITS lebih banyak lagi.

Apa yang membuat kata-kata ”Tradisi Juara” tersematkan di dada FTSP? Siapa di balik pencapaian kata-kata ”Tradisi Juara”? Apakah teman-teman FTSP? Ataukah karena mendapatkan dukungan yang besar dari birokrat? Namun, setelah sekian lama apakah kata ”tradisi juara” benar-benar masih menjadi pecut bagi teman- teman FTSP? Dan juga apakah keorganisasian teman-teman FTSP sebaik prestasi mereka dalam bidang akademik?

Seorang mahasiswi jurusan Teknik Sipil dan juga seorang aktivis, yang punya nama lengkap Nora Angela tersenyum ketika ditanya mengenai bagaimana perkembangan FTSP sekarang ini. Apakah mengalami kemajuan ataukah malah mengalami kemrosotan. Dalam bidang prestasi maupun organisasi.

Dua hal yang berubah di FTSP. Semuanya membuat kecewa. Salah satunya cukup mengejutkan, karena seharusnya mendukung bukan malah berbuat seenaknya. Pertama, dari Birokrasi. Sekarang birokrasi di ITS tidak bagus. Terlebih lagi dalam kegiatan kemahasiswaan kurang merespon dan di bidang prestasi belum mau menyuport penuh karena cenderung pilih- pilih. Contohnya hanya di bidang Karya Tulis saja yang mendapatkan suport. Selain kegiatan mahasiswa yang kurang mendapatkan respon, informasi beasiswa yang seharusnya diterima mahasiswa dan mahasiswi tepat waktu malah sebaliknya. Bahkan informasi beasiswa baru ada H-1 sebelum di kumpulkan. Sangat mendadak dan terlalu mepet dengan batas waktu pengumpulan yang di berikan. Jika sudah begitu, yang rugi tentu saja teman-teman mahasiswa. Karena seharusnya bisa mengurus beasiswa dengan maksimal malah bisa mengakibatkan data-data kurang. Data-data kurang bisa mengakibatkan teman-teman mahasiswa tidak mendapatkan beasiswa. Jika begitu, lagi-lagi yang dirugikan adalah teman-teman mahasiswa. Sedangkan orang-orang birokrat sama sekali tidak rugi.

Sudah sering kali mahasiswa di kecewakan oleh orang birokrat. Di tambah lagi dengan birokrat yang kurang mendukung regenerasi pada himpunan. Hingga ada mahasiswa yang terkena skorsing. Bukan hanya itu saja, untuk dana yang diberikan ke organisasi mahasiswa pun tidak sesuai. Contohnya, BELM FTSP mendapatkan dana yang tidak seberapa. Dana yang tidak sesuai dengan kegiatan mahasiswa yang begitu banyak. Kesannya orang birokrat tidak mendukung penuh kegiatan mahasiswa.

Selain birokrasi yang tidak bagus. Keorganisasian mahasiswa di FTSP cukup mengecewakan. Contohnya BELM FTSP, Dulu BELM murni dari mahasiswa, sekarang sudah ada campur tangan dari birokrat. Selain itu BELM belum menunjukkan sesuatu yang berbeda dari tahun sebelumnya. Belum ada sesuatu yang menggigit yang mencerminkan BELM saat ini, BELM di bawah masa pimpinan Risky Mega Kusuma. Forum yang dulu selalu menghasilkan pemecahan persoalan. Sekarang seperti hanya di jadikan tradisi saja. Sampai permasalahan yang seharusnya di selesaikan di FTSP, ternyata malah sampai keluar. Sepertinya teman-teman BELM FTSP tidak mampu untuk menyelesaikan masalah intern. Lalu, gunanya BELM untuk apa? Kalo tidak bisa menyelesaikan masalah teman - teman FTSP. Padahal dulu ketika teman-teman sering duduk bareng, terjadi komunikasi yang baik, hingga munculah inisiatif untuk mengaktifkan BELM. Namun, setelah BELM diaktifkan, malah tidak ada suaranya. Selain itu, dulu BELM kekeluargaannya sangat terlihat, tapi kenapa sekarang BELM jadi tertutup? Kenapa sekarang BELM tidak punya taring? Sampai Despro ”keluar”. Apa yang di berikan fungsionaris BELM ke FTSP? Untuk yang ”tua – tua” belum di beri. Yang ada hanya untuk mahasiswa baru, seperti Pra – TD, LKMM TD. Kalo masanya Radja ada olympiade untuk yang tua-tua.

Ketika BELM vakum karena semua orang menganggap BELM melempem, jangan sampai hal itu terjadi lagi di saat ini, di masa pimpinan Kiky. Karena sekarang warga kurang antusias ke BELM. Padahal sebenarnya metode Kiky sudah bagus. Bisa merangkul angkatan 2005, 2006, dan 2007. Tapi, kenapa yang masuk BELM orang ke-2? Pernahkah orang terbaik di jurusan yang masuk BELM? Kenapa selalu lapis ke-2?

Ditanya tentang harapan, Nora Angela lagi-lagi tersenyum tenang. Seperti banyak sekali harapan yang ada di pikirannya.

Harapan yang pertama untuk birokrasi, kedepannya jika ada kegiatan mahasiswa hendaknya menyuport dengan maksimal, pemberian informasi beasiswa tidak mendadak, jika ada reward untuk mahasiwa supaya disosialisasikan. Yang paling penting kalo bisa birokrasi lebih transparan terhadap mahasiswa. Agar mahasiswa bisa mengadakan kegiatan dengan maksimal. Harapan yang ke dua untuk BELM, kedepannya jangan sampai warga merasa ada tidak adanya BELM tidak berpengaruh buat mahasiswa. Fasilitas bisa di cari. Contohnya, beasiswa tidak harus lewat BELM. BELM seharusnya bisa membuat warga merasa bahwa tidak adanya BELM membuat mahasiswa sangat rugi. BELM seharusnya bisa ”punya hati” atau ada di hati tiap - tiap warga FTSP atau mahasiswa FTSP. Untuk fungsionaris BELM, sudah seharusnya tau dan paham akan AD/ART. Harapan terakhir seorang Nora, kalo bisa antara birokrasi dengan BELM dan warga (mahasiswa FTSP) bisa jalan bareng yang sebenarnya. Bukan saling membodohi.