Jumat, 05 September 2008

- penyair? -

Disudut ruangan, aku duduk tersingkirkan dari keramaian. Para manusia berurusan dengan urusannya masing-masing. Merasa asing diantara hubungan persahabatan yang telah lama terjalin. Tak pernah ku mengerti , apa yang ada di pikiran seorang penyair. Seorang penyair yang rata-rata menuliskan sebuah kehidupan yang jauh dari kenyatan. Seorang penyair mimpi. Penyair yang selalu menuliskan kata-kata indah yang dilanjutkan dengan memberi sentuhan-sentuhan lembut pada setiap kalimatnya.

Ketika malam itu tiba, hampir setiap orang tak berani keluar rumah. Sekalipun untuk melihat apa yang terjadi. Angin malam yang berhembus kencang, seakan-akan mengamuk tiada habisnya, membuat diriku terbangun dari peristirahatanku. Mantel tebal yang hangat melindungi tubuhku dari hawa jahat itu.

Berdiri menghadap adegan itu. Jiwa ku yang masih terkantuk-kantuk, tercengang melihat keindahan di tengah amukan dewa angin. Hampir lemas tubuhku, pikiranku menerawang hampir tak percaya. Sungguh hebat, tekstur dan bentuknya membuatku ingin merekam semuanya. Ternyata tak semua bencana di dunia ini adalah hal yang mengerikan. Badai yang dashyat pun masih memiliki keindahan yang tak terukirkan. Keindahan yang tak tampak begitu saja. Hal sekecil apapun memiliki keindahan. Sekalipun itu daur kehidupan makhluk hidup atau mutan.